ANALISIS KONDISI KEMISKINAN DI KALIMANTAN BARAT
Abstrak :
Kemiskinan didefenisikan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Konsep ini dikenal dengan istilah "basic needs approach (konsep kebutuhan dasar)" yang oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dijadikan sebagai instrumen untuk mengukur persentase atau jumlah penduduk miskin di skala Nasional, Provinsi hingga Kabupaten/Kota.
Latar Belakang. Kemiskinan didefenisikan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Konsep ini dikenal dengan istilah “basic needs approach (konsep kebutuhan dasar)” yang oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dijadikan sebagai instrumen untuk mengukur persentase atau jumlah penduduk miskin di skala Nasional, Provinsi hingga Kabupaten/Kota.
Kaitannya dengan kondisi atau perkembangan kemiskinan di Kalimantan Barat, BPS melaporkan bahwa September 2011-September 2019 persentase penduduk miskin pada skala Provinsi khususnya di Kalimantan Barat menunjukkan trend yang cenderung menurun dari 8,48 % menjadi 7,28 %. Namun demikian, ternyata persentase tersebut merupakan persentase penduduk miskin tertinggi se regional Kalimantan, bahkan terpaut diatas persentase penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Utara.
Selanjutnya, jika di bandingkan dengan target capaian persentase kemiskinan RPJMD Provinsi Kalimantan Barat 2018-2023, di tahun 2019 persentase kemiskinan belum mencapai target persentase tersebut. Dimana perkembangan persentase kemiskinan baru mencapai 7,49 %, sedangkan target RPJMD Prov Kalbar adalah 6,92%. (tabel 1).
Persentase penduduk miskin tersebut merupakan akumulias dari persentase penduduk miskin di Kabupaten/Kota Se-Kalimantan Barat yang beragam. Jika kita memperhatikan persentase kemiskinan di setiap Kabupaten/Kota se-Kalbar, pada intinya dapat disimpulkan bahwa persentase penduduk miskin pada Kabupaten/Kota di Kalbar rata-rata mulai dari kisaran 13 % hingga 4 %.
Perbedaan persentase penduduk miskin di setiap daerah Kabupaten/Kota tersebut menunjukkan bahwa persoalan kemiskinan merupakan masalah yang kompleks sehingga memerlukan langkah-langkah yang tepat untuk mengentaskannya. Kompleksitas persoalan kemiskinan tersebut menurut Alfista (2019), secara kuantitaif diantaranya dipengaruhi oleh variabel tingkat pengangguran yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang rendah. Sejalan dengan itu Sudrajad, (2014) memaparkan pula dalam temuannya bahwa variabel pendidikan, jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat pengangguran merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persentase kemiskinan disuatu wilayah.
Berdasarkan argumentasi yang telah dikemukakan tersebut dapat dipahami bahwa masalah kemiskinan itu komplek dan multi dimensi, maka ruang lingkup intervensi kebijakan untuk penggulangannya perlu dirumuskan hingga ditingkat lokal.
vii
Berkenaan dengan uraian tersebut di atas peneiliti memandang bahwa analisis untuk menjelaskan kondisi kemiskinan di Kalimantan Barat sangat diperlukan, agar faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat diketahui untuk dijadikan landasan dalam perumusan kebijakan pengentasan kemiskinan baik di skala Kabupaten/Kota hingga Provinsi.
Tujuan Penelitian. Tujuan dari penelitian ini yakni: (1) Menganalisis kategori persentase kemiskinan dan variabel yang diduga berpengaruh terhadap persentase kemiskinan di Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat; (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persentase kemiskinan masing-masing Kabupaten/Kota Se-Kalimantan Barat; dan (3) Menganalisis sejauh mana kebijakan program/kegiatan di Kabupaten Sanggau (sampel) yang telah dan akan dilakukan dalam rangka penanggulangan kemiskinan.
Metode Penelitian. Guna menganalisis kategori persentase kemiskinan dan variabel yang diduga berpengaruh terhadap persentase kemiskinan di Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat, penggolongan atau pengkategorian data variabel tingkat kemiskinan, IPM, Pertumbuhan ekonomi, PDRB per kapita, tingkat pengangguran menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengitung rata-rata masing-masing variabel tersebut kemudian mengkalisfikasikannya ke dalam 3 (tiga) kategori) yakni kategori rendah, kategori sedang dan kategori tinggi.
Selanjutnya untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persentase kemiskinan masing-masing Kabupaten/Kota Se-Kalimantan Barat, digunakan analisis regresi data panel. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah penggabungan dari deret waktu (time series) dari tahun 2010- 2019 dan deret lintang (cross section) sebanyak 14 data kabupaten/kota di Kalimantan Barat yang menghasilkan 700 observasi.
Screenshot: